Jakarta, 12/7/2022 - Menteri BUMN Erick Thohir mengungkap, pengiriman barang dari Indonesia ke luar negeri butuh waktu lebih lama dan mahal. Sebab, muatan mesti transit ke Singapura dan Malaysia.
Erick mengungkap, saat ini 95% kargo asal Pelabuhan Belawan, Medan tidak langsung menuju negara tujuan namun harus melalui Pelabuhan Singapura dan Malaysia. Tidak hanya pelabuhan Belawan, sebagian besar pelabuhan di Sumatera hanya sebagai feeder. Dominasi Malaysia dan Singapura itu terus berlanjut, sampai hari ini. Dari Januari - Mei 2022, sekitar 51% peti kemas yang bongkar/muat di Belawan menuju/berasal dari Malaysia. Sisanya, 44% ke Singapura dan 5% ke Thailand.
"Kami di Kementerian BUMN sedang berikhtiar untuk menjadikan Belawan sebagai pelabuhan ekspor yang melayani direct call," kata Erick dalam keterangannya, Selasa (12/7/2022).
Erick mengungkap, saat ini 95% kargo asal Pelabuhan Belawan, Medan tidak langsung menuju negara tujuan namun harus melalui Pelabuhan Singapura dan Malaysia. Tidak hanya pelabuhan Belawan, sebagian besar pelabuhan di Sumatera hanya sebagai feeder. Dominasi Malaysia dan Singapura itu terus berlanjut, sampai hari ini. Dari Januari - Mei 2022, sekitar 51% peti kemas yang bongkar/muat di Belawan menuju/berasal dari Malaysia. Sisanya, 44% ke Singapura dan 5% ke Thailand.
"Kami di Kementerian BUMN sedang berikhtiar untuk menjadikan Belawan sebagai pelabuhan ekspor yang melayani direct call," kata Erick dalam keterangannya, Selasa (12/7/2022).
Sebagai gambaran, pelayaran langsung (direct call) kapal peti kemas dari Indonesia ke Los Angeles seharusnya hanya perlu waktu 23 hari. Dengan transhipment, rute yang sama perlu waktu 31 hari plus tambahan ongkos 20-30% lebih mahal.
Menurut Erick, pengembangan Belawan bisa dimulai dengan mendatangkan kapal-kapal kontainer berukuran besar ke Belawan. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasitas dan peralatan bongkar muat di Pelabuhan Belawan agar memadai untuk pengangkutan direct call. Selain itu, volume muatan peti kemas juga harus ditumbuhkan. Caranya, dengan menjadikan Belawan sebagai gateway bagi pelabuhan-pelabuhan kecil di sekitarnya. Muatan kargo yang tersebar di pelabuhan-pelabuhan kecil di Sumatera dapat dibawa ke Belawan untuk kemudian bersama-sama diangkut ke negara tujuan.
PT Pelindo mencatat 550.871 TEUs peti kemas bongkar muat di Belawan pada 2021. Sebanyak 59% berasal/menuju pelabuhan-pelabuhan di Malaysia. Sisanya, 25% menuju Singapura, dan 16% lagi ke Thailand, Taiwan, dan beberapa negara lain.
Ekspor barang yang transit ke negara lain sangat merugikan perekonomian. Praktik ini membuat ekspor Indonesia kurang kompetitif karena harus menanggung biaya logistik yang mahal serta makan waktu. Selain itu, Indonesia juga harus kehilangan banyak devisa. Selain merugikan pelaku ekspor, transshipment ini membuat Indonesia kehilangan lebih banyak devisa. Jasa layanan kapal kontainer selama ini dibayar dalam mata uang asing (dolar AS). Data Bank Indonesia mencatat, dari US$ 6,286 miliar defisit neraca jasa transportasi Indonesia pada 2021, sebesar US$ 6,232 miliar (99%) disumbangkan oleh defisit pada biaya pengangkutan barang (sea freight).
Menurut Erick, pengembangan Belawan bisa dimulai dengan mendatangkan kapal-kapal kontainer berukuran besar ke Belawan. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasitas dan peralatan bongkar muat di Pelabuhan Belawan agar memadai untuk pengangkutan direct call. Selain itu, volume muatan peti kemas juga harus ditumbuhkan. Caranya, dengan menjadikan Belawan sebagai gateway bagi pelabuhan-pelabuhan kecil di sekitarnya. Muatan kargo yang tersebar di pelabuhan-pelabuhan kecil di Sumatera dapat dibawa ke Belawan untuk kemudian bersama-sama diangkut ke negara tujuan.
PT Pelindo mencatat 550.871 TEUs peti kemas bongkar muat di Belawan pada 2021. Sebanyak 59% berasal/menuju pelabuhan-pelabuhan di Malaysia. Sisanya, 25% menuju Singapura, dan 16% lagi ke Thailand, Taiwan, dan beberapa negara lain.
Ekspor barang yang transit ke negara lain sangat merugikan perekonomian. Praktik ini membuat ekspor Indonesia kurang kompetitif karena harus menanggung biaya logistik yang mahal serta makan waktu. Selain itu, Indonesia juga harus kehilangan banyak devisa. Selain merugikan pelaku ekspor, transshipment ini membuat Indonesia kehilangan lebih banyak devisa. Jasa layanan kapal kontainer selama ini dibayar dalam mata uang asing (dolar AS). Data Bank Indonesia mencatat, dari US$ 6,286 miliar defisit neraca jasa transportasi Indonesia pada 2021, sebesar US$ 6,232 miliar (99%) disumbangkan oleh defisit pada biaya pengangkutan barang (sea freight).
Anda ingin kirim ke luar negeri ? Silahkan hubungi kami untuk informasi lebih lanjut.